Memuat segala informasi dan berita tentang musik indie Indonesia.

Born To Walk was established in early 2011. Precisely on the 27th, January 2011. At that time, Chris (Guitar/Keys/Vox Clean) and Adon (Guitar) met and wanted to make a project band that's different from existing ones, and this is the initial formation Born To Walk it self. Then we feel need some personnel to fill vacancies on the band.
Born To Walk
Finally join David (Vox Scream/Growl) and Then the band was still short of the drummer, so after we did the audition process drummer Ryan selected as permanent Born To Walk's (Drummer). With the formation of this now we will still give the music a different colour, with still a few music elements such as Metal, Post Hardcore, Emo, Screamo. We are only 4 Youth who were catching our dreams despite several years ago and now we're back with something new with the ambition and spirit that never goes out.


READ MORE - Born To Walk (Indie Tanggerang)
The Syalala was created on 8 august 2008 in Bandar Lampung, Indonesia. We're not really sure that you're gonna read our band history. How were we met, named band, and all those shits.

Well this is an official page of The Syalala and all people who likes to dance along with us. So let's get our extra energy to spin and rock your head with SOFIA (vocal), WINDU(Bass), BAGAS (Guitar) and REZA (drums).

We decided to choose The Syalala as the name of the band.

The Syalala is now fixing any wrong and making some proggres inside the band. So, that's it for now and
SEE YA ON THE STAGE !

The Syalala


Video Klip :
READ MORE - THE SYALALA (Indie Lampung)
SIXTY SECONDS BANDSIXTY SECONDS BAND

Terbentuk : 1 Januari 2007

Basecamp : Jln. Beruang No.31 Kedaton Bandarlampung

Personil : Febry (vocal), Steve (gitar), Rizal (gitar), Andri (drum), Afis (bass)
Download Lagu Dixty Second - Tanpa Dirimu : klik disini

Lupakan Mimpi Buruk
Awal band ini terbentuk karena bertemunya kembali para personil The Nightmare yang bubar karena hengkangnya beberapa personil dan mulai asyik dengan bandnya masing-masing. Dari pertemuan tersebut, pada tahun 2007 tepatnya bulan Desember empat orang mantan personil The Nightmare yaitu Andri, Rizal, Febri dan Steven mulai berencana untuk membentuk band baru dengan format berbeda. Setelah mendapatkan satu personil lagi pada posisi basis yaitu Afis, maka pada awal Januari Sixty Seconds resmi didirikan dan dengan aliran pop mereka usung dengan sedikit nuansa rock diharapkan dapat meramaikan jagad musik Lampung dan memberikan kesan yang berbeda dalam perkembangan musik Indonesia.

“Dengan format yang sekarang ini gue berharap kedepannya akan lebih baik lagi, karena ngga mudah untuk membentuk materi”, ujar Andri sang drummer. Afis menjelaskan, bahwa nama Sixty Seconds sendiri diambil dari Bahasa Inggris yang artinya 60 detik. “Kami memfilosofikan Sixty Seconds band seperti detik yang dapat berubah menjadi menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, abad dan seterusnya. Sehingga kami berharap dapat memulai band ini mulai dari sesuatu yang sederhana, menjalani proses yang dapat mendewasakan pikiran dan kreasi kami dalam bermusik hingga mampu mencapai cita-cita kami, yaitu menjadi sebuah band besar dan sukses”, ungkapnya.

“Dari filosofi itu juga kami ingin menawarkan karya musik yang jujur dan sederhana namun memiliki aura istimewa bila orang-orang mendengarnya. Dan berharap dapat diterima di hati penikmat musik Indonesia”, tambah rizal sang gitaris. Secara individu masing-masing personil Sixty Seconds sudah mempunyai pengalaman yang cukup lumayan dalam bermusik yang masih sedikit, dikarenakan dalam setahun terakhir Sixty Seconds sedang fokus dalam pembuatan album.

Saat ini Sixty Seconds sedang dalam persiapan album indie perdana yang akan di launching dalam waktu dekat. Keseharian Sixty Seconds saat ini selain menjalani pendidikan di perguruan tinggi, mereka juga disibukkan dengan jadwal latihan dan promo untuk album Bidadari dan Ruang Waktu. Frekuensi latihan Sixty Seconds sendiri disesuaikan dengan jadwal kuliah dan aktivitas masing-masing personil. “Latihan ini kami jalani untuk mematangkan materi lagu serta menjaga kekompakan dan performa pada saat kami harus tampil membawakan karya kami didepan khalayak ramai”, ujar Steve.

Febry menjelaskan, lewat lagu Bidadari dan Ruang Waktu mereka ingin memperkenalkan Sixty Seconds kepada penikmat musik indie Lampung. “Lagu ini menceritakan tentang pengalaman pribadi dan masa lalu kami”, paparnya.
READ MORE - SIXTY SECONDS BAND (Indie Lampung)
Tanya Band
Tanya Band
TANYA BAND TAK PERLU DIPERTANYAKAN LAGI

BANDARLAMPUNG – Provinsi Lampung patut bangga. Para kawula mudanya terus menorehkan prestasi di tataran nasional, terutama di bidang musik. Setelah sebelumnya Kangen Band, Hijau Daun, dan Stages Band
menembus belantika musik nasional, kali ini giliran Tanya Band. Grup band yang digawangi oleh Baiu (vokal), Benny (gitar), IQ (bass), Guruh (drum), dan Ubay (keyboard) ini merilis single pertama Aku Lelah dari album Aku Kamu & IM3-Unsigned Group Compilation (UGC) 2010.


Download Lagu Tanya Band - Aku Lelah : klik disini
Pada album kompilasi itu, termuat lagu dari grup-grup juara UGC 2010 dari 12 kota besar di Indonesia. Di antaranya Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Semarang, Surabaya, Makassar, Balikpapan, Banjarmasin, Denpasar, dan Bandarlampung.
Produser Eksekutif dan Haimusic Records Iwan Iskandar mengatakan, lagu Aku Lelah terpilih karena lagu itu gampang menyusup ke telinga banyak pencinta musik pop. ’’Sesuai dengan namanya, musik yang disuguhkan band ini simpel dan sederhana. Tapi, melodi yang simpel dan lirik yang sederhana bisa terdengar mahal ketika diracik dengan benar,” ujarnya dalam jumpa pers di Babe Cafe, Wayhalim, Bandarlampung, kemarin (15/10).
Iwan menjelaskan, Haimusic Records merupakan label yang memproduseri album Aku Kamu & IM3-UGC 2010. Dia mengharapkan agar Tanya Band bisa terus berkreasi dan produktif menciptakan lagu. Hal itu dikarenakan pihaknya selaku produser siap mengorbitkan band-band yang memang laik untuk rekaman. 
’’Saya mengakui, Lampung memiliki potensi band yang memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tapi, saya berpesan agar band-band di Lampung tidak terpengaruh dengan genre lagu yang sedang naik daun. Jadilah band sendiri. Pertahankan genre masing-masing. Semakin beragam genre, maka akan semakin bagus karena variatif,” pungkasnya.
Sementara Arie Legowo, perwakilan dari Warner Music Indonesia yang mendistribusikan album Aku Kamu & IM3-UGC 2010 keseluruh Indonesia, mengatakan, meskipun baru sekadar demo, kualitas produksinya cukup bagus. ’’Hanya perlu di-mixing sedikit, sudah langsung laik untuk direkam menjadi album,’ ujarnya dalam release-nya kemarin.
Pada kesempatan kemarin, vokalis Tanya Band, Baiu, mengatakan bahwa hingga kini band yang terbentuk pada 14 Februari 2008 itu sudah menciptakan sekitar 30 lagu. Pada usianya yang baru dua tahun, mereka terus menambah jam terbang bermusik. ’’Berbagai kompetisi band kami ikuti, termasuk menjadi band pembuka. Di antaranya show D’Masiv sampai SID. Biar bisa banyak belajar dari band-band senior,” tuturnya.
Single Aku Lelah sendiri masih bertemakan cinta yang menceritakan tentang seseorang yang telah rela memberikan semuanya, namun cintanya tidak terbalas. Disinggung mengenai genre dari Tanya Band, Baiu menjawab semacam pop soul dengan sentuhan British ala Coldplay atau Muse. ’’Yang pasti tidak akan membawa Tanya Band terjebak menjadi band pop melayu,” pungkasnya.
Album Aku Kamu & IM3-UGC 2010 yang diproduksi oleh IM3 merupakan bukti dari kepiawaian grup-grup juara dari kompetisi band Unsigned Group Compilation 2010 yang berlangsung sejak Mei–Juni 2010 dan diikuti oleh sekitar 500 band.
Peserta UGC sendiri merupakan band-band pendatang baru yang karya musiknya belum pernah dirilis oleh label rekaman manapun. Sebagai syarat utama, peserta wajib menyerahkan demo rekaman yang kemudian dipilih oleh juri dari Hai dan IM3. Lalu, demo rekaman dari band juara itulah yang kemudian diproduksi menjadi album rekaman.

Sumber: http://www.radarlampung.co.id/
READ MORE - Tanya Band ( Lampung )
Lima anak remaja pemilik multitalenta di bidang musik satu ini, tak sekedar ingin mengadu nasib di Jakarta. Lewat ambisi yang dimiliki, ingin pula menyamai sukses grup-grup band ternama lain.

Mereka datang dari kota lampung dengan mengibarkan bendera ESA. Dikatakan Erwin Amril, produser dan manajer ESA sudah setahun lamanya mengetahui sekaligus mengincar group band lokal asal lampung tengah tersebut. Tetapi baru direalisasikan dua bulan silam dengan memboyongnya ke Jakarta. “Bicara soal musikalitas, saya tak meragukan lagi. Apalagi ESA band mempunyai jam terbang lumayan bagus di lampung. sekarang, mereka saatnya mentas dan masuk secara professional di jagad rekaman,”tukas Erwin, pria yang dikenal pula sebagai produser sinetron dan pemilik sejumlah TV lokal tersebut. ESA di gawangi oleh Fahrie (vocal), Arre (bass), Denny (guitar), Vicko (keyboard), Firman (drum) kini sedang proses recording di MUSICA STUDIO. Mereka bakal menjagokan tembang “Pelarian” sebagai single hits. Semua lagu-lagu ESA diorientasikan untuk publik penggemar kawula muda, karena tak lepas bicara tentang cinta kasih. band ini dulu bernama Raden Kusut Band.
ESA BAND
Esa Band with Manager
Download Lagu Esa Band - Pelarian : "klik disini"
READ MORE - ESA BAND ( Raden Kuzut, Indie Lampung )